Jumat, 29 Oktober 2010

aktivitas merapi
Ini memang hanya perkiraan, perasaan, feeling, firasat, penglihatan supranatural atau apa pun namanya. Dan yang namanya ramalan memang bisa terjadi, bisa pula tidak, atau mendekati kebenaran. Karena itu, silakan saja Anda percaya atau tidak.
Seorang rohaniwan asal Belanda yang sudah sudah 28 tahun berkecimpung di dunia pengobatan komplementer, Yanuar Husada, sempat mengirimkan pesan singkat ke sejumlah orang di sekitaran Merapi. Isinya, memberi peringatan bahwa letusan dahsyat Merapi terjadi antara tanggal 4 dan 5 November 2010.
SMS itu, katanya, dikirimkan untuk memberi peringatan dini agar masyarakat sekitar Merapi menghindar dari kemungkinan terburuk. Dan faktanya, tanggal 4 dan 5 memang terjadi letusan sangat besar yang sampai petang ini sudah menewaskan 64 orang dan melukai puluhan lainnya.
"Saya pikir, kalau semua ini tidak benar, risikonya saya malu, tapi saya merasa harus menyampaikan ini," ucap Yan dalam percakapan dengan Bangka Pos, Selasa (2/11/2010) atau dua hari sebelum letusan besar 4 November, menjelang tengah malam.
Untuk menyampaikan pesannya, Yan (72) yang selama ini tidak pernah mau diwawancarai wartawan itu, bahkan menghubungi Bangka Pos. Suatu yang tak pernah dia lakukan sebelumnya.
Menurut feeling atau penglihatannya, semburan Merapi antara tanggal 4 dan 5 November itu mengarah ke empat penjuru. Daya jangkau semburannya masing-masing 11 km, 13 km, 12 km, dan 20 km. Apakah semua itu sudah terjadi sampai petang ini? atau masih akan terjadi di sisa waktu sampai pukul 24.00 nanti? Entahlah....
Yang jelas, sampai saat ini suasana di lereng Merapi masih mencekam. Seorang warga lereng Merapi di Muntilan menginformasikan bahwa kaca-kaca jendela rumah terus bergetar, sementara suara gemuruh Merapi masih terus terdengar sejak Kamis sore lalu.
Menggembirakan
Yang namanya bencana pasti ada akhirnya. Inilah salah satu penerawangan Yan yang menggembirakan. Menurut dia, setelah tanggal 5 ini, Merapi tidak akan berulah lagi. Setidaknya sampai lima tahun delapan bulan ke depan atau dalam hitungan Kompas.com kira-kira sampai Juni 2016.
Seperti kebiasannya, setiap kali menerima pasien yang datang kepadanya, Yan memang selalu membawa kertas putih yang kemudian dicoret-coret dengan angka-angka. Begitu pun ketika dia menerima Bangka Pos.
Dia membawa secarik kertas yang sudah penuh dengan coretan angka-angka. Di antara deretan angka 4 dan 5 memang terdapat sebuah garis vertikal yang tebal dan agak tinggi. Garis-garis vertikal itu hampir tidak ada pada angka-angka yang lain. Bahkan, setelah angka lima malah tertulis "tenang".
Dia kemudian menjelaskan bahwa gejolak Merapi paling dahsyat terjadi antara tanggal 4 dan 5 November 2010. Setelah itu, Merapi tak akan bergolak dan semuanya kembali tenang sampai enam tahun ke depan.
Meski begitu, dia menambahkan masih ada kemungkinan letusan sekali lagi pada hari Sabtu besok, meskipun itu tidak sebesar letusan 4 dan 5 November.
Yang juga menggembirakan, menurut penglihatannya, muntahan magma Merapi itu juga akan membuat tenang semua gunung-gunung berapi lain, khususnya Anak Krakatau dan Semeru.
Anak Krakatau yang sekarang bereaksi, awan panas di Semeru, dan beberapa rangkaian lainnya, kata Yan, adalah akibat tekanan dari perut bumi. Ketika tekanan itu sudah dimuntahkan Merapi, sebagian beban di dalam sudah tersembur keluar sehingga gejolak dari perut bumi relatif tenang untuk waktu lima tahun delapan bulan ke depan.
Sekali lagi, apa yang disampaikan Yan itu hanyalah ramalan, firasat, feeling, penglihatan supranatural, atau apa pun itu namanya. Jadi, bukan sesuatu yang ilmiah yang bisa dihitung secara pasti sehingga, tetap saja, harus dibuka kemungkinan bahwa ramalan itu bisa saja terjadi, tetapi juga tidak.

Facebook | Ello Ambonese

Facebook | Ello Ambonese

Rabu, 27 Oktober 2010

katong samua basudarah.....


Membangun Perdamaian Melalui Pela-Gandong

In Artikel on January 7, 2010 at 6:02 am
Julukan Seribu Pulau yang disandang oleh Maluku adalah suatu kepatutan, selain sebagai provinsi kepulauan juga terpendam di dalamnya seribu pesona dan beragam adat istiadat, budaya dan 117-130 bahasa lokal dari suku-suku maupun sub-suku yang ada. Meskipun masyarakat di daerah ini mencerminkan karakteristik masyarakat yang multi cultural, tetapi pada dasarnya mempunyai kesamaan-kesamaan nilai budaya sebagai modal dasar kebersamaan dan persaudaraan dalam menciptakan perdamaian  di Maluku, diantaranya adalah Pela-Gandong.


Pela merupakan suatu relasi perjanjian antara satu negeri dengan negeri lain baik yang terjalin antara negeri-negeri sedaratan dan berlainan pulau, juga antara etnis dan agama yang berbeda. Hubungan Pela ini mempunyai efek yang sangat penting dimana semua masyarakat turut serta menjunjung kebersamaan dan menjaga hubungan tersebut.




Sebagai suatu system hubungan perjanjian atau sekutu, hubungan Pela ini telah ada sebelum bangsa Eropa mendaratkan kaki di Maluku. Hubungan ini kemudian dipererat kembali pada abad ke-16 dan 17 dalam rangka memperkuat pertahanan daerah atas serangan-serangan yang dilancarakan oleh bangsa Portugis dan Belanda. Sejak saat itu, bermunculan banyaknya Pela baru untuk melawan penjajahan Belanda yang dikenal dengan perang Pattimura pada awal abad ke-19, dan hingga kini Pela-pela itu masih berada dan dan tetap dipertahankan.
Pada dasaranya, terdapat tiga jenis Pela yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
  1. Pela Keras. Timbulnya Pela ini dilatar belakangi oleh suatu kejadian atau peristiwa yang sangat penting untuk melawan peperangan atau pertumpahan darah. Atau pula berbentuk bantuan khusus dari suatu negeri kepada negeri lain.
  2. Pela Gandong atau Bungso yang timbul karena adanya ikatan dan hubungan keturunan, artinya diantara pemimpin/raja satu negeri dan negeri lainnya memiliki hubungan keturunan, ataupun diantara beberapa keluarga di satu negeri  dan di negeri lain menganggap diri mereka sebagai satu garis keturunan.
  3. Pela Tempat Sirih, timbulnya pela ini setelah terjadinya suatu peristiwa yang kurang begitu penting, atau karena suatu negeri berjasa terhadap negeri lain dalam hal perdagangan maupun  perdamaian.
Pela Keras dan Pela Gandong memiliki kekuatan yang sama kuat karena perjanjian ini ditetapkan dengan sumpah disertai kutukan dahsyat yang pasti dan akan tertimpa oleh salah satu pihak yang melanggar perjanjian tersebut. Terkadang perjanjian/mengangkat sumpah itu dilakukan dengan cara memateraikan dan mengambil darah dari tubuh pemimpin kedua belah fihak kemudian meminumnya. Hubungan Pela ini dianggap sebagai suatu ikatan persaudaraan antara semua masyarakat kedua negeri yang berlangsung terus-menerus dan dijunjung tinggi sebagai suatu perjanjian suci.
Adapun hal-hal asasi yang menjadi ikatan dari perjanjian Pela ini adalah :
  1. Kewajiban setiap negeri yang ber-Pela untuk saling membantu pada saat genting dan mendesak, misalnya; bencana alam dan peperangan.
  2. Jika diminta bantuan demi kepentingan kesejahteraan umum, maka negeri yang menjadi Pela wajib memberi bantuan kepada negeri yang membutuhkan, misalnya; pembangunan rumah, sekolah dan tempat-tempat beribadah.
  3. Apabila seseorang dari negeri Pela berkunjung, maka negeri yang menjadi Pela harus melayani dan memberi makan kepadanya dan ia tidak perlu untuk meminta izin membawa pulang makanan dan buah-buahan.
  4. Semua penduduk negeri yang berhubungan Pela itu dianggap sedarah sehingga tidak diperbolehkan untuk kawin, kecuali pada Pela Tempat Sirih.
System Pela ini masih berlaku di beberapa daerah/negeri di Maluku karena rasa persatuan dan identitas bersama yang disadari dan dihayati serta diwariskan secara turun-temurun sebagai suatu perjanjian suci yang harus terus dilestarikan dalam menciptakan perdamaian di Maluku. Berkat system Pela ini, pertentangan maupun konflik antar agama semakin dapat diminimalkan.
Sejarah telah mencatat bahwa sebelum konflik agama yang terjadi di Maluku beberapa tahun silam, kerukunan antara umat beragama sangatlah kental, terlihat dari banyaknya pembangunan mesjid, gereja dan sekolah dibangun karena mendapat bantuan dari negeri Pela, baik berupa bantuan tenaga kerja, bahan bangunan, uang ataupun makanan bagi pekerja sehingga pembangunan itu dapat berjalan dengan baik tanpa adanya bantuan dari pemerintah. Dan pada saat konflik terjadi, negeri-negeri yang ber-Pela seperti; negeri Siri-Sori Islam dan negeri Haria atau anatara negeri Laha dan negeri Amahusu tidak menganggapnya sebagai suatu konflik dan tidak akan melanggar perjanjian para leluhur.
Untuk tetap menjaga dan menciptakan perdamaian di Maluku, maka budaya Pela-Gandong ini senantiasa dilestarikan dengan cara menyadarkan dan menghidupkannya kembali melalui generasi muda melalui bantuan dari orang tua maupun pemerintah daerah untuk menseport dan merespon segala kegiatan maupun upacara-upacara adat diantara Pela-gandong yang ada di negeri seribu pulau ini.



Situs situs maluku satu darah

                                                 BETA BANGGA JADI ANAK MALUKU